Wednesday, July 3, 2013

Secuil Cerita Kenangan Masa Lalu

Sebagai realisasi dari tugas akhir semester, kelas menulis kreatif yang saya ikuti memberi tugas untuk menulis sejarah tentang tempat tinggal para mahasiswa masing-masing.Saya memilih untuk mengisahkan cerita ini...

                            

Secuil Kisah di Masa Muda

Masa itu adalah masa yang sulit. Perekonomian negara yang masih lemah mencerminkan perekonomian rakyat yang saat itu juga sedang terguncang. Kelemahan itu masih juga ditambah dengan kemarau berkepanjangan. Produksi pangan menjadi kian menurun dan akhirnya menyebabkan kelangkaan pangan dan ketidak mampuan untuk membeli bahan pangan tersebut. Kemerdekaan yang telah terenggut oleh bangsa Indonesia ini pada tahun 1945 sudah lama berlalu, namun kondisi masih belum juga stabil. Keadaan yang berlarut-larut ini menyebabkan terjadinya bencana kelaparan dimana-mana dan yang paling banyak terjadi di pulau Jawa.
Disalah satu bagian kecil daerah yang masuk dalam provinsi Jawa Tengah yang mungkin kala itu juga mengalami kelangkaan bahan pangan namun cukup baik karena masih memiliki lahan yang luas untuk ditanami. Daerah itu bernama Desa Baturan, termasuk dalam daerah pemerintahan kecamatan Gantiwarno Kabupaten Klaten. Lahan yang luas memang harusnya menjanjikan hasil yang melimpah pula, namun tidak kala itu dengan banyaknya hama tikus yang menyerang hingga memperparah resiko kegagalan panen. Tanaman yang berhasil selamat dari hama tikus dan berhasil panen akan menjadi harta yang sangat berharga. Pencurianpun sering terjadi jika ada tekanan seperti masa itu, jangankan tanaman yang sudah panen, yang belumpun sudah siap untuk diambil jika ada kesempatan.
Ketika itu tahun 1961, pada masa liburan sekolah. Kebetulan saat itu sudah waktunya padi berbuah dan mulai menguning, juga banyak tanaman lain seperti jagung, ketela dan lain-lainnya. Tanaman harus sering mendapat penjagaan, baik dari hama maupun resiko pencurian apalagi sudah waktunya untuk panen. Areal sawah terletak diluar perkampungan. Penjagaan dilakukan secara berkelompok pada setiap bagian-bagian persawahan oleh para empu pemilik sawah beserta keluarganya.
Pada bangku lesehan yang terbuat dari bambu di pinggir jalan setapak kecil areal persawahan sebelah utara desa, duduklah lima orang pemuda yang sedang melakukan jaga malam. Mereka tak sendiri, hanya berbeda tempat jaga saja dengan yang lain. Suasana sepi, hanya terdengar suara jangkrik yang menemani. Malam makin larut. Bosan mengobrol dan kantuk yang melanda membuat mereka mulai terbawa kealam mimpi masing-masing. Jaga tetaplah jaga biarpun mengantuk, salah satu harus ada yang bangun untuk tetap mengawasi keadaan.
Hari sudah berganti, kokok ayam jantan mulai bersautan. Saat ini giliran jaga pemuda yang paling tua. Suasana seperti biasanya,tenang dan dinginnya angin pagi menyeruak membuat bulu kuduk merinding. Ditengah suasana itu tiba-tiba ada seorang yang tak dikenal muncul dan memukuli pemuda itu, sontak saja pergulatan terjadi. Orang tak dikenal itu kewalahan dan kemudian datanglah empat temannya membantu. Salah satu dari mereka membawa parang yang akhirnya ditebaskan pada pemuda malang itu. Nasib masih berpihak padanya, sabetan parang tak mengenai bagian yang fatal.
Babak belur bukan hanya milik pemuda yang tengah sial itu saja, teman jaganya yang saat itu ikut bangunpun teekena bogem mentah dari para pengeroyok. Badan dan usianya yang masih kecil membuatnya pasrah bahkan mempersilahkan tubuhnya dipukuli. Entah kemudian keberuntungan datang menghampiri atau hari yang sudah mulai fajar membuat para pengeroyok kemudia melarikan diri. Segera setelah kondisi terasa sudah aman, mereka kembali keperkampungan dan mendapatkan perawatan. Pemuda yang mendapat luka bacokan tadi dibawa kerumah sakit dan mendapat puluhan jahitan. Opname selama sepuluh hari harus dijalani demi kesembuhannya.
Selama pemuda itu dalam perawatan, penjagaan diperbanyak. Kelompok jaga yang lebih besarpun dibuat. Hari-hari menjelang panen adalah salah satu sebab lain selain kejadian yang baru saja terjadi kepada kelompok  jaga yang sedang apes itu. Sudah amankah?  Tentu saja belum. Pencurian bertambah namun karena penduduk sudah lebih waspada juga karena rumor-rumor yang beredar mengenai pencurian yang ada, semua dapat dipatahkan dengan sigap. Panen akhirnya dapat dilaksanakan tanpa berkurang hasil karena kecurian. Hal ini masih berlangsung sampai dengan tahun 1971 pada masa pemerintahan Presiden Suharto. Pada masa kepemimpinannya, perekonomian mulai stabil dan pertanian sudah lebih baik.



Cerita ini hanyalah sepenggal cerita dari banyak cerita mengenai kasus yang sama pada masa silit pangan bahkan setelah kemerdekaan Indonesia di berbagai daerah. Peristiwa ini diangkat karena  penting bagi saya. Skenario lain yang bisa terjadi dalam peristiwa ini mungkin dapat merubah hidup saya atau bahkan membuat saya tak lahir ke dunia ini. Pemuda-pemuda yang berjaga dan sedang naas nasibnya pada cerita diatas bernama Sumar, Rohadi, Siswo, Dasar dan Jumar. Sumar adalah pemuda yang mendapat bacokan dari pencuri tersebut, beliau adalah ayah saya. Jika pada saat itu beliau terkena ditempat yang fatal atau kemungkinan meninggal karenanya maka saya tidak akan menjadi putrinya dan ada seperti sekarang ini. Cerita ini adalah salah satu kenangan masa muda beliau yang tak terlupakan meskipun bekas lukanya sudah tertutup kumis tebal.

Narasumber :  Bp. Sumar Wijaya
                        Bp. Rohadi

Tuesday, July 2, 2013

tentang The Secret of Kells



Lagi-lagi kelas yang saya ikuti nonton film, dan animasi. Saya senang dengan animasi,hanya masalahnya dengan bahasa yang dipakai yaitu inggris. Jujur, bahasa Inggris saya jelek sekali, jadi saat menonton film menjadi sangat serius buat saya (menerjemahkannya,hahaaha). Yah, biarpun begitu sedikit-sedikit saya mengerti...
Film ini mengenai kepercayaan dan tantangannya dalam masa itu. The Book of Kells dalam animasi ini adalah  buku yang mengkisahkan kisah-kisah dari empat Injil Perjanjian Baru melalui gambar yang hidup.


Cerita dimulai dengan masa muda seorang anak Irlandia, Brendan yang percaya akan adanya keajaiban dari  the book of Aiden yang nanti setelah masa-masa sulit dan perantauan serta penantian yang panjang menjadi  the book of Kells. Ia anak yatim piatu yang tinggal dengan pamannya, Abbas Cellach, dan teman serta keluarganya. Cerita ini dimulai Brendan kecil di perkampungan mereka. Hari-hari mereka habiskan dengan pekerjaan melelahkan, membentengi dinding sekitar tempat itu dalam persiapan untuk menunggu serangan gerombolan Viking. 
Suatu hari, Bruder Aiden  tiba, dengan membawa buku yang karya hidupnya dan kucingnya Pangur Ban. Brendan pun terpikat dengan Aiden dan bukunya, dan mengambilkan tinta berharga yang hanya dapat berasal dari buah yang dikumpulkan dari hutan di luar tembok. Saat mengambil tinta itu ia bertemu dengan peri pelindung hutan Aisling yang kemudian menjadi temannya.

Film yang bagus menurut saya. ,membuat kita jadi mengikutinya sampai akhir karena pengemasannya yang cukup jenaka dan sederhana, dan menyadarkan saya lagi bahwa sudah  kodrat anak kecil adalah rasa ingin tahunya yang tinggi/ Hal itu ditunjukkan oleh Brendan dalam film ini.

Thursday, April 25, 2013

penyelesaian tugas MID




Hari ini akhirnya kelompok yang kuikuti,kelompok 1, sudah mementaskan sebuah drama pendek  yang diambil dari buku Bumi Manusia yang ditulis Pramoedya. Persiapan yang singkat dari penulisan naskah sampai pentas dilakukan selama 4 hari. Plong rasanya, satu pekerjaan telah selesai. Awalnya kami sempat bingung ingin mengangkat drama yang seperti apa, namun akhirnya pilihan jatuh pada kisah Minke dan Annelies Mellema.  Dalam drama ini, dikisahkan pertemuan,pernikahan dan kepergian Annelies dengan Minke. Latihan sudah dilakukan berulang kali,tapi tetap saja,saat pentas kami masih membaca naskah(hoho). Kostum seadanya kami persiapkan demi melengkapi kesempurnaan lakon ini. Backsound juga dipersiapkan agar adegan lebih dramatis namun, karena akhirnya drama dilakonkan di panggung terbuka, jadi kurang terdengar dan jadi tidak mengena. Secara pribadi mengenai pendalaman tokoh yang saya perankan, yaitu Nyai Onosoroh, kecewa juga saya tidak bisa memerankannya dengan baik. Demam panggung mungkin, kurang pendalaman karakter juga. (monggo dikoreksi.. *kode)

Tuesday, April 9, 2013

REVIEW FILM ANIMASI 
PERSEPOLIS

Animasi ini menceritakan manusiawinya orang-orang yang tinggal di negara 'hangat-hangat panas' seperti Iran karena ancaman perang dengan berbagai senjata berat bisa terjadi kapan saja. Cerita yang berdasarkan keseharian seorang perempuan Iran sedari masa kecilnya. Keseharian seorang anak yang beranjak menuju dewasa. Pribadinya sama dengan anak-anak lain dilain negara bahkan Indonesia yang mendambakan kebebasamn berekspresi dan berkembang lepas dari banyak kekangan. Kisahnya kemungkinan sama dengan orang Indonesia apabila berada diluar negeri. dihadapan banyak orang yang mayoritas muslim dan mengedepankan atas nama norma susila. Perpolitikan yang dimunculkan juga mirip dengan yang terjadi di negeri ini. Demo selalu mewarnai sorak sorai meminta turunnya sebuah rezim dan tak liupa sampingan-sampingannya seperti kekerasan dan penahanan terjadi dimana-mana. Masa kecil perempuan itu juga mirip dengan masa pemerintahan Pres. Soeharto. 
REVIEW AROK DEDES KARYA PRAMOEDYA


       Awal saya bacabanyak kesulitan yang saya temukan dengan banyaknya istilah yang baru saya ketahui terdapat di buku ini meskipun, ada daftar istilah dibelakang buku. Isi dari karya Pram ini memanusiawikan cerita rakyat yang saya pernah dengar dan baca mengenai Arok dan Dedes selama ini. Gambaran yang diberikan penulis selalu jelas mengenai adegan per adegan. Perasaan dan perilaku Dedes yang angkuh, kalau menurut saya, akibat didikan kasta yang diberikan padanya sebagai seorang brahmani juga secara wajar digambarkan disana. Arok yang merupakan pemuda cerdas yang sekiranya  benar jalannya di karya ini menjadi tampuk para resi ternyata juga memiliki golongan-golongannya sendiri. Saya mengagumi pemnggambaran tokoh Umang yang survive dalam penantiannya akan abangnya Temu alias Arok dan tidak saya sangka-sangka, karena saya selama ini beranggapan kalau jadi istri raja itu nyaman dan terpelihara dan ternyata anggapan itu salah disini. Ia juga salah satu dari wanita dan anak-anak juga ikut berperang dalam perebutan tampuk kekuasaan karena alasan yang wajar dalam masa itu. Intrik-intrik dalam percaturan politik kerajaan tergambarkan dengan baik. Peran dari para perempuan juga ditampakkan. 

Kesempatan kali ini dipergunakan untuk membuat monolog dengan benda atau makhluk selain manusia. Saya memilih benda yaitu tisu sebagai rekan bicara, lebih tepatnya sebungkus tisu.




A (saya): Halo… Apa kabar?

T  (tisu) : (berbarengan)
   Halooo..!

A         : (kaget karena dijawab berbarengan)
              Wah, ramai ya. Kalian disitu ada berapa lembar?

T          : (salah satu dari tisu)
              Berapa ya..coba dihitung, 1,2,3,4,…26 lembar! Mau bicara sama yang mana?

A         : (bingung) Emm.., sama semua aja deh. Eh, asal kalian dari mana sih?Kok bisa tipis sama lembut     gitu…

T          : (serentak) Kasi tau gak yaaaa??

A         : Lho… malah nyewotin.. Kasih tau lah… kalian kan sering ada disekitarku sehari-hari…

T          : (salah satu menjawab dengan semangat) Kami keren banget loh! Jangan kaget kalau udah dikasih tau nanti, Ok??

A         :Ok, berusaha! (panteng mendengarkan)

T          : (lembar tisu yang menjadi pembicara pertama tadi) Kami menjadi seperti ini karena telah melalui proses yang panjang. Tempat kami diproduksi adalah pabrik kertas, sama dengan kertas yang lain. Disana kami melalui berbagai proses, peleburan, pembentukan kembali,pencetakan lalu pemotongan.
            : Kami diproses menggunakan mesin-mesin canggih! (timpal tisu yang lain)

            : Disana ada banyak sekali lembaran tisu lain yang dibuat, bukan hanya ribuan ratusan ribupun lebih! (timpal yang lain lagi)

            : Pabrik itu juga ramai sekali, semarak dengan suara-suara mesin dan kegiatan yang tengah dilakukan pada proses produksi sampai kami dipotong-potong dan dibungkus dan siap edar! (lagi-lagi timpalan selembar tisu yang lain lagi)

            : Dengan banyak jenis kendaraan pula kami diedarkan keseluruh  penjuru bumi! (sahut salah satu lembar tisu yang tak mau kalah bicara)

A         : Wooww! Pasti besar sekali pabriknya..

T          : (serentak) Tentu!
            :Tapi ada hal yang memurungkan kami…

A         : Apa itu?

T          : Asal kami pertama kali adalah dari sebatang pohon, yang satu demi satu ditebang hanya demi mendapatkan biang dari beberapa lembar tisu seperti kami…

            : Benar… Pergunakanlah kami dengan bijak apabila kamu masih ingin bumi ini hijau dan segar…

            : Kami sangat senang menjadi tisu karenan bisa berguna untuk banyak hal seperti menjadi lap atau serbet yang mudah diganti dan mudah didapatkan, namun asal kami membuat bayangan hitam pada kehidupan dan keselarasan bumi kedepannya…

A         : Ooh.. Betapa kalian berbesar hati mau berbagi kisah ini denganku. Tentu, aku berjanji akan mulai berhemat dalam memakai kalian. Adakah saran lagi untukku? Kalian hebat sekali, sudah melewati proses yang panjang hingga sampai didepan mataku ini, berpindah ketanganku…  Aku saja belum pernah naik kapal laut, hahaha…

T          : Ya, cobalah sesekali naik kapal, merasakan betapa menyenangkannya goyangan ombak yang mengantarmu diperjalanan..

            : Juga jangan lupakan pesan kami tadi dan cobalah mengganti kami dengan serbet kain, meskipun kami tahu kami lebih praktis sehingga kami masih menjadi pilihan yang lebih baik dibandingkan mereka.

A         : Baiklah, para tisu terimakasih sudah mau berbagi denganku, akan kuingat pesan dan kisah kalian ini..! 

Tuesday, March 19, 2013

SOSOK YANG INGIN KUKENAL LEBIH DALAM


Ini foto tahun 2009 lalu..

Wajah yang menyiratkan betapa keras ia hidup selama hampir 59 tahun ini.
Dahulu PNS di DISNAKERTRANS adalah pekerjaannya.
Semenjak pensiun, makin jarang ia bersolek merawat diri.
Rambut yang mulai beruban tak bisa menunggu untuk hadir menghiasi mahkota kepalanya.
Waktu yang telah dilaluinya tergurat dalam wajahnya yang berwarna coklat sawo itu.
Kerut-kerut di wajah yang menggambarkan betapa seringnya ia berfikir.
Kekerasan hatinya juga terpancar dari matanya.
Rasa tak tentrampun terpancar darinya.
Daster batik yang dikenakannya memperlihatkan sedang 'omah' mode ON saat difoto :)
Beliau adalah Ibu saya.
Orang yang telah melahirkan saya,namun bukannya tak sulit jika bicara berhadapan dengannya apalagi jika membicarakan hal yang prinsip dan menyangkut kesejahteraan hidup (harta).

Friday, March 8, 2013



Komik yang pertamakali dibelikann ibu saat saya kelas 4 SD.

Keberadaan komik ini menginspirasi saya untuk kemudian mencari sendiri penyewaan komik karena membeli komik itu mahal (haha..). Persewaan komik dulu pertama kali saya temukan di Klaten waktu kelas 1 SMA, padahal rumah saya di desa, jadi kalau mau menyewa komik harus saat pulang sekolah karena SMA saya sudah berada setengah jalan menuju kota Klaten. Ingat waktu awal-awal sewa komik, duuhh, langsung sepuluh, karena batas peminjamannya maksimal sepuluh waktu itu. Sering juga saat libur hari minggu atau hari besar, saya nyetok komik dirumah untuk dibaca. Saudari perempuan dari Budhe yang tinggal di Semarang dan biasa pulang saat Idul Fitri (saudari saya namanya juga Fitri :) ) juga suka membaca komik bahkan kadang sebelum sampai dirumah desa (rumah simbah) ia sering merequest komik yang ingin dibacanya.

Buku komik ini baru saya dapatkan dan dibaca setahun yang lalu di persewaan di Yogyakarta tepatnya di sebelah barat UPN Veteran yang bernama RIZKY. Sebelumnya juga sempat saya cari di persewaan langganan di Pogung tapi sudah diloakkan katanya. Cerita yang cenderung konyol mungkin tapi saat saya berhasil menemukan kelima seri yang dulunya menggebu-gebu ingin baca, eeeh, ternyata pada akhirnya teronggok begitu saja saat disewa kemarin. Jilid satu saja sudah cukup menjelaskan asal muasal cerita di jilid 4 dan  5 yang saya punya dulu (karena saya dulu masih suka merusak-rusak barang, maka komik ini juga tak luput terkena imbasnya). Hal itu terjadi karena sekian lama membaca komik membuat saya memiliki kriteria sendiri mengenai komik yang menarik itu dan komik ini tak termasuk didalamnya. akan tetapi jilid 4 dan 5 masih masuk dalam kriteria yang cukup menarik untuk dibaca. Genre yang dering saya baca biasanya humor dan serial cantik tapi tidak yang serius karena bagi saya membaca komik adalah hiburan, bukannya untuk membuat saya berpikir kembali secara mendalam mengenai komik itu.


Komik berjudul Gold fish yang dibuat oleh Nekobe Neko ini jilid pertamanya release di Indonesia tahun 1992 dan jilid ke 4 dan 5 saya beli di toko buku di Klaten tahun 1998 dan 1999. Cerita komik ini biasa saja sebenarnya. Berlatarbelakang bangku SMP di pedesaan. Tokoh utama adalah anak bernama Anggi yang pindah sekolah karena tiba-tiba ayahnya bangkrut dan mengharuskannya pindah sekolah dari yang dulu sekolah elit di kota. Sekolahnya yang baru terletak di pedesaan yang ternyata isinya unik. Murid-murid sekolah tak hanya manusia saja akan tetapi para sapi juga menjadi murid di sekolah ini. Awal masuk sekolah tersebut adalah saat ia juga bertemu dan akhirnya berteman (memelihara mungkin lebih tepatnya...) dengan Gyopi si ikan emas yang bisa terbang. Jilid 4 dan 5 menceritakan tentang Kitada ,wakil ketua OSIS, yang disukai oleh primadona sapi yang bernama Ushimi. Usaha Ushimi yang pemalu mendapat tantangan dari para penggemar sapinya namun akhirnya dapat tersampaikan juga meskipun jawabannya abu-abu sekali kalau menurut saya.



Thursday, March 7, 2013

ada yang ikut kebangun pas ngirim post,hahaha
*tunjukpoto

Wednesday, March 6, 2013

surat balasan untuk Steve Jobs (Abdulfattah John Jandali)


Anak lelakiku…
Sekejab saja dalam hidupku yang sudah renta ini waktu untuk menunggu agar bisa mengenal lebih dekat anak-anak yang sudah kutelantarkan semenjak dulu.
Maafkan keegoisan orang tuamu ini nak, semoga engkau masih mau mengakuiku sebagai ayah kandungmu setelah semua yang terjadi kepadamu, Ibumu dan saudara perempuanmu, Mona.
Usia telah menyadarkanku untuk tidak mengulangi kesalahan yang lalu dan memperbaiki hubungan dengan orang-orang yang seharusnya dekat denganku dan masa tuaku.
Keinginan yang terhalang oleh kebimbangan yang membayangiku untuk segera menghubungi kalian kembali…
Keinginan itu kembali tergugah saat aku mendengarkan pidato yang pernah kau sampaikan semasa hidupmu dulu. Ucap terimakasih ingin kuucapkan kepada keluarga yang telah membesarkan dan mendidikmu hingga berhasil menjadi ”seseorang” yang hebat.
Terbersit selalu kebanggaan padamu yang  teguh dalam perjalanan menggapai asa yang kau daki hingga dapat meraih keberhasilan seperti sekarang.
Perjuangan hidupmu membuat ayah malu untuk langsung mendekatimu saat tahu bahwa seorang Steve Jobs, orang kaya  yang memiliki perusahaan besar dan ternama adalah anak yang pernah kukeluarkan dari kehidupanku. Penolakan yang pernah kau lakukan juga menyebabkanku sempat mundur dan hampir menyerah.
Namun lagi-lagi, keegoisan dan pemikiranku sebagai orang tua yang merasa lebih baik menunggu kesempatan untuk dapat berbaikan dengan anak-anakku yang dulu kutelantarkan  membuat semuanya kembali terlambat.
Kesalahan kembali terjadi dan akhirnya engkau pergi mendahuluiku menemui Yang Kuasa. Aku tak sempat memperbaiki benang kusut diantara kita.  Tapi kini, kepergianmu menyadarkanku kembali bahwa sekarang waktulah yang berlomba denganku. Aku harus segera menyelesaikan semua yang tertunda dan kusut dalam hidup yang sudah tak akan lama lagi.
Mona dan ibumu, semoga mereka mau memaafkan dan menerimaku kembali, meskipun aku tahu, ibumu sudah lama kehilangan memori tentang segala hal dan termasuk tentang aku. Sakit hati yang dialami adikmu akibat sikapku dulu semoga telah sedikit memudar…
Aku akan memulainya kembali, memperbaiki sisa hidupku.
Terimakasih anak lelakiku, takdir telah mempertemukan kita kembali meskipun akhirnya tembok yang memisahkan kita masih tebal dan tinggi. Tenanglah engkau disana, disisi Tuhan Yang Maha Pengasih. Suatu saat nanti apabila kita bertemu disana, aku akan memberimu kabar baik tentang orang-orang yang kau sayangi dan kedekatanku dengan mereka. Jalan baru yang segera kutempuh.
Doakan keberhasilanku nak.
Ayah kandungmu.


ini adalah balasan yang saya buat kira-kira dengan menjadi berperan sebagai ayah kandung dari Steve Jobs

Tuesday, March 5, 2013

sePENGGAL KISAH hIDUPkU


Menjadi anak perempuan tunggal satu-satunya adalah hal yang saya alami sampai saat ini. Pemberian nama yang panjang oleh Ibu yaitu Noverisita Iriani Wijayantika telah terjadi 23 tahun yang lalu saat saya masih bayi. Ibu pernah saya tanyai apa arti nama yang sepanjang itu, dan jawabnya,”Noveri amargo lair bulan November, nek sita ki berkah (kalau tidak salah ingat…haha), Iriani mergo bapakmu kerjo nang Irian, lha nek Wijayantika soale jenenge bapakmu mburine Wijaya….” Panggilan yang biasa diberikan untuk anak semata wayang ini  sedari kecil adalah “Sita”. Saya lahir dari pasangan PNS yang sekarang sudah Pensiun semua karena memang sudah waktunya (haha..). Ayah bernama Sumar Wijaya dan Ibu yang oleh kakek-nenek saya diberi nama Umi Salamah. Pernikahan diusia yang cukup senja dan jarak yang berjauhan menyebabkan saya tidak memiliki adik.






Kelahiran saya berjalan normal tetapi membuat ibu harus menginap cukup lama dirumah sakit Tegalyoso Klaten, apalagi dengan tidak didampingi oleh sang suami karena sedang bekerja di Papua Barat. Setelah usia 3 bulan ibu membawa si bayi mungil ini ke Semarang karena tuntutan kerja. Saat itu beliau masih bekerja di DISNAKER Demak dan si kecil pun dititipkan di rumah saudara yang tinggal di dekat situ. Anak kecil tomboy ini sudah mulai masuk TK ABA 41 yang berada dekat dengan perumahan tempat tinggalnya  sejak tahun 1993.Klaten menjadi tempat tinggal saya saat ini karena pada tahun 1994 Ibu memutuskan untuk pindah kerja ke sini karena anak semata wayangnya kangen berat dengan mbah putri. Disini si anak juga masuk TK Aisyiyah Somopuro dan kalau selesai sekolah selalu mampir ditempat saudara yang tinggal disekitar situ sambil menunggu jemputan Ibu. TK meluluskan saya untuk melanjutkan sekolah ke SD Baturan II ketika belum genap berusia enam tahun.

Sekolah Dasar yang dekat dengan rumah, begitu juga dengan SMP dan SMA yang dimasuki oleh remaja yang juga sering ababil ini. Waktu sekolah yang tepat waktu yaitu SD selama 6 tahun, SMP selama 3 tahun, dan SMA yang juga 3 tahun menjadi sepenggal waktu mencari identitas diri dan ilmu yang sangat berharga. Teman-teman di SMP Negeri I Gantiwarno dan SMA Negeri I Jogonalan sudah banyak yang memulai kesuksesannya masing-masing. Banyak juga diantara mereka yang sudah menikah dan memiliki anak. saya juga termasuk dari sebagian mantan murid yang sudah mendapatkan Ijabsah(haha..).Agustus 2007 menjadi bulan pertama bagi anak culun ini untuk memasuki dan mengenyam bangku kuliah. Prodi Ilmu Sejarah di Fakultas Ilmu Budaya UGM adalah jalan masuknya. Bagi si anak masuk ke Universitas ternama macam UGM tak pernah terlintas di benaknya. Keberuntungan dan jodohlah yang menuntunnya hingga sekarang pun ia masih merasa begitu.