Tuesday, March 19, 2013

SOSOK YANG INGIN KUKENAL LEBIH DALAM


Ini foto tahun 2009 lalu..

Wajah yang menyiratkan betapa keras ia hidup selama hampir 59 tahun ini.
Dahulu PNS di DISNAKERTRANS adalah pekerjaannya.
Semenjak pensiun, makin jarang ia bersolek merawat diri.
Rambut yang mulai beruban tak bisa menunggu untuk hadir menghiasi mahkota kepalanya.
Waktu yang telah dilaluinya tergurat dalam wajahnya yang berwarna coklat sawo itu.
Kerut-kerut di wajah yang menggambarkan betapa seringnya ia berfikir.
Kekerasan hatinya juga terpancar dari matanya.
Rasa tak tentrampun terpancar darinya.
Daster batik yang dikenakannya memperlihatkan sedang 'omah' mode ON saat difoto :)
Beliau adalah Ibu saya.
Orang yang telah melahirkan saya,namun bukannya tak sulit jika bicara berhadapan dengannya apalagi jika membicarakan hal yang prinsip dan menyangkut kesejahteraan hidup (harta).

Friday, March 8, 2013



Komik yang pertamakali dibelikann ibu saat saya kelas 4 SD.

Keberadaan komik ini menginspirasi saya untuk kemudian mencari sendiri penyewaan komik karena membeli komik itu mahal (haha..). Persewaan komik dulu pertama kali saya temukan di Klaten waktu kelas 1 SMA, padahal rumah saya di desa, jadi kalau mau menyewa komik harus saat pulang sekolah karena SMA saya sudah berada setengah jalan menuju kota Klaten. Ingat waktu awal-awal sewa komik, duuhh, langsung sepuluh, karena batas peminjamannya maksimal sepuluh waktu itu. Sering juga saat libur hari minggu atau hari besar, saya nyetok komik dirumah untuk dibaca. Saudari perempuan dari Budhe yang tinggal di Semarang dan biasa pulang saat Idul Fitri (saudari saya namanya juga Fitri :) ) juga suka membaca komik bahkan kadang sebelum sampai dirumah desa (rumah simbah) ia sering merequest komik yang ingin dibacanya.

Buku komik ini baru saya dapatkan dan dibaca setahun yang lalu di persewaan di Yogyakarta tepatnya di sebelah barat UPN Veteran yang bernama RIZKY. Sebelumnya juga sempat saya cari di persewaan langganan di Pogung tapi sudah diloakkan katanya. Cerita yang cenderung konyol mungkin tapi saat saya berhasil menemukan kelima seri yang dulunya menggebu-gebu ingin baca, eeeh, ternyata pada akhirnya teronggok begitu saja saat disewa kemarin. Jilid satu saja sudah cukup menjelaskan asal muasal cerita di jilid 4 dan  5 yang saya punya dulu (karena saya dulu masih suka merusak-rusak barang, maka komik ini juga tak luput terkena imbasnya). Hal itu terjadi karena sekian lama membaca komik membuat saya memiliki kriteria sendiri mengenai komik yang menarik itu dan komik ini tak termasuk didalamnya. akan tetapi jilid 4 dan 5 masih masuk dalam kriteria yang cukup menarik untuk dibaca. Genre yang dering saya baca biasanya humor dan serial cantik tapi tidak yang serius karena bagi saya membaca komik adalah hiburan, bukannya untuk membuat saya berpikir kembali secara mendalam mengenai komik itu.


Komik berjudul Gold fish yang dibuat oleh Nekobe Neko ini jilid pertamanya release di Indonesia tahun 1992 dan jilid ke 4 dan 5 saya beli di toko buku di Klaten tahun 1998 dan 1999. Cerita komik ini biasa saja sebenarnya. Berlatarbelakang bangku SMP di pedesaan. Tokoh utama adalah anak bernama Anggi yang pindah sekolah karena tiba-tiba ayahnya bangkrut dan mengharuskannya pindah sekolah dari yang dulu sekolah elit di kota. Sekolahnya yang baru terletak di pedesaan yang ternyata isinya unik. Murid-murid sekolah tak hanya manusia saja akan tetapi para sapi juga menjadi murid di sekolah ini. Awal masuk sekolah tersebut adalah saat ia juga bertemu dan akhirnya berteman (memelihara mungkin lebih tepatnya...) dengan Gyopi si ikan emas yang bisa terbang. Jilid 4 dan 5 menceritakan tentang Kitada ,wakil ketua OSIS, yang disukai oleh primadona sapi yang bernama Ushimi. Usaha Ushimi yang pemalu mendapat tantangan dari para penggemar sapinya namun akhirnya dapat tersampaikan juga meskipun jawabannya abu-abu sekali kalau menurut saya.



Thursday, March 7, 2013

ada yang ikut kebangun pas ngirim post,hahaha
*tunjukpoto

Wednesday, March 6, 2013

surat balasan untuk Steve Jobs (Abdulfattah John Jandali)


Anak lelakiku…
Sekejab saja dalam hidupku yang sudah renta ini waktu untuk menunggu agar bisa mengenal lebih dekat anak-anak yang sudah kutelantarkan semenjak dulu.
Maafkan keegoisan orang tuamu ini nak, semoga engkau masih mau mengakuiku sebagai ayah kandungmu setelah semua yang terjadi kepadamu, Ibumu dan saudara perempuanmu, Mona.
Usia telah menyadarkanku untuk tidak mengulangi kesalahan yang lalu dan memperbaiki hubungan dengan orang-orang yang seharusnya dekat denganku dan masa tuaku.
Keinginan yang terhalang oleh kebimbangan yang membayangiku untuk segera menghubungi kalian kembali…
Keinginan itu kembali tergugah saat aku mendengarkan pidato yang pernah kau sampaikan semasa hidupmu dulu. Ucap terimakasih ingin kuucapkan kepada keluarga yang telah membesarkan dan mendidikmu hingga berhasil menjadi ”seseorang” yang hebat.
Terbersit selalu kebanggaan padamu yang  teguh dalam perjalanan menggapai asa yang kau daki hingga dapat meraih keberhasilan seperti sekarang.
Perjuangan hidupmu membuat ayah malu untuk langsung mendekatimu saat tahu bahwa seorang Steve Jobs, orang kaya  yang memiliki perusahaan besar dan ternama adalah anak yang pernah kukeluarkan dari kehidupanku. Penolakan yang pernah kau lakukan juga menyebabkanku sempat mundur dan hampir menyerah.
Namun lagi-lagi, keegoisan dan pemikiranku sebagai orang tua yang merasa lebih baik menunggu kesempatan untuk dapat berbaikan dengan anak-anakku yang dulu kutelantarkan  membuat semuanya kembali terlambat.
Kesalahan kembali terjadi dan akhirnya engkau pergi mendahuluiku menemui Yang Kuasa. Aku tak sempat memperbaiki benang kusut diantara kita.  Tapi kini, kepergianmu menyadarkanku kembali bahwa sekarang waktulah yang berlomba denganku. Aku harus segera menyelesaikan semua yang tertunda dan kusut dalam hidup yang sudah tak akan lama lagi.
Mona dan ibumu, semoga mereka mau memaafkan dan menerimaku kembali, meskipun aku tahu, ibumu sudah lama kehilangan memori tentang segala hal dan termasuk tentang aku. Sakit hati yang dialami adikmu akibat sikapku dulu semoga telah sedikit memudar…
Aku akan memulainya kembali, memperbaiki sisa hidupku.
Terimakasih anak lelakiku, takdir telah mempertemukan kita kembali meskipun akhirnya tembok yang memisahkan kita masih tebal dan tinggi. Tenanglah engkau disana, disisi Tuhan Yang Maha Pengasih. Suatu saat nanti apabila kita bertemu disana, aku akan memberimu kabar baik tentang orang-orang yang kau sayangi dan kedekatanku dengan mereka. Jalan baru yang segera kutempuh.
Doakan keberhasilanku nak.
Ayah kandungmu.


ini adalah balasan yang saya buat kira-kira dengan menjadi berperan sebagai ayah kandung dari Steve Jobs

Tuesday, March 5, 2013

sePENGGAL KISAH hIDUPkU


Menjadi anak perempuan tunggal satu-satunya adalah hal yang saya alami sampai saat ini. Pemberian nama yang panjang oleh Ibu yaitu Noverisita Iriani Wijayantika telah terjadi 23 tahun yang lalu saat saya masih bayi. Ibu pernah saya tanyai apa arti nama yang sepanjang itu, dan jawabnya,”Noveri amargo lair bulan November, nek sita ki berkah (kalau tidak salah ingat…haha), Iriani mergo bapakmu kerjo nang Irian, lha nek Wijayantika soale jenenge bapakmu mburine Wijaya….” Panggilan yang biasa diberikan untuk anak semata wayang ini  sedari kecil adalah “Sita”. Saya lahir dari pasangan PNS yang sekarang sudah Pensiun semua karena memang sudah waktunya (haha..). Ayah bernama Sumar Wijaya dan Ibu yang oleh kakek-nenek saya diberi nama Umi Salamah. Pernikahan diusia yang cukup senja dan jarak yang berjauhan menyebabkan saya tidak memiliki adik.






Kelahiran saya berjalan normal tetapi membuat ibu harus menginap cukup lama dirumah sakit Tegalyoso Klaten, apalagi dengan tidak didampingi oleh sang suami karena sedang bekerja di Papua Barat. Setelah usia 3 bulan ibu membawa si bayi mungil ini ke Semarang karena tuntutan kerja. Saat itu beliau masih bekerja di DISNAKER Demak dan si kecil pun dititipkan di rumah saudara yang tinggal di dekat situ. Anak kecil tomboy ini sudah mulai masuk TK ABA 41 yang berada dekat dengan perumahan tempat tinggalnya  sejak tahun 1993.Klaten menjadi tempat tinggal saya saat ini karena pada tahun 1994 Ibu memutuskan untuk pindah kerja ke sini karena anak semata wayangnya kangen berat dengan mbah putri. Disini si anak juga masuk TK Aisyiyah Somopuro dan kalau selesai sekolah selalu mampir ditempat saudara yang tinggal disekitar situ sambil menunggu jemputan Ibu. TK meluluskan saya untuk melanjutkan sekolah ke SD Baturan II ketika belum genap berusia enam tahun.

Sekolah Dasar yang dekat dengan rumah, begitu juga dengan SMP dan SMA yang dimasuki oleh remaja yang juga sering ababil ini. Waktu sekolah yang tepat waktu yaitu SD selama 6 tahun, SMP selama 3 tahun, dan SMA yang juga 3 tahun menjadi sepenggal waktu mencari identitas diri dan ilmu yang sangat berharga. Teman-teman di SMP Negeri I Gantiwarno dan SMA Negeri I Jogonalan sudah banyak yang memulai kesuksesannya masing-masing. Banyak juga diantara mereka yang sudah menikah dan memiliki anak. saya juga termasuk dari sebagian mantan murid yang sudah mendapatkan Ijabsah(haha..).Agustus 2007 menjadi bulan pertama bagi anak culun ini untuk memasuki dan mengenyam bangku kuliah. Prodi Ilmu Sejarah di Fakultas Ilmu Budaya UGM adalah jalan masuknya. Bagi si anak masuk ke Universitas ternama macam UGM tak pernah terlintas di benaknya. Keberuntungan dan jodohlah yang menuntunnya hingga sekarang pun ia masih merasa begitu.