Thursday, April 25, 2013

penyelesaian tugas MID




Hari ini akhirnya kelompok yang kuikuti,kelompok 1, sudah mementaskan sebuah drama pendek  yang diambil dari buku Bumi Manusia yang ditulis Pramoedya. Persiapan yang singkat dari penulisan naskah sampai pentas dilakukan selama 4 hari. Plong rasanya, satu pekerjaan telah selesai. Awalnya kami sempat bingung ingin mengangkat drama yang seperti apa, namun akhirnya pilihan jatuh pada kisah Minke dan Annelies Mellema.  Dalam drama ini, dikisahkan pertemuan,pernikahan dan kepergian Annelies dengan Minke. Latihan sudah dilakukan berulang kali,tapi tetap saja,saat pentas kami masih membaca naskah(hoho). Kostum seadanya kami persiapkan demi melengkapi kesempurnaan lakon ini. Backsound juga dipersiapkan agar adegan lebih dramatis namun, karena akhirnya drama dilakonkan di panggung terbuka, jadi kurang terdengar dan jadi tidak mengena. Secara pribadi mengenai pendalaman tokoh yang saya perankan, yaitu Nyai Onosoroh, kecewa juga saya tidak bisa memerankannya dengan baik. Demam panggung mungkin, kurang pendalaman karakter juga. (monggo dikoreksi.. *kode)

Tuesday, April 9, 2013

REVIEW FILM ANIMASI 
PERSEPOLIS

Animasi ini menceritakan manusiawinya orang-orang yang tinggal di negara 'hangat-hangat panas' seperti Iran karena ancaman perang dengan berbagai senjata berat bisa terjadi kapan saja. Cerita yang berdasarkan keseharian seorang perempuan Iran sedari masa kecilnya. Keseharian seorang anak yang beranjak menuju dewasa. Pribadinya sama dengan anak-anak lain dilain negara bahkan Indonesia yang mendambakan kebebasamn berekspresi dan berkembang lepas dari banyak kekangan. Kisahnya kemungkinan sama dengan orang Indonesia apabila berada diluar negeri. dihadapan banyak orang yang mayoritas muslim dan mengedepankan atas nama norma susila. Perpolitikan yang dimunculkan juga mirip dengan yang terjadi di negeri ini. Demo selalu mewarnai sorak sorai meminta turunnya sebuah rezim dan tak liupa sampingan-sampingannya seperti kekerasan dan penahanan terjadi dimana-mana. Masa kecil perempuan itu juga mirip dengan masa pemerintahan Pres. Soeharto. 
REVIEW AROK DEDES KARYA PRAMOEDYA


       Awal saya bacabanyak kesulitan yang saya temukan dengan banyaknya istilah yang baru saya ketahui terdapat di buku ini meskipun, ada daftar istilah dibelakang buku. Isi dari karya Pram ini memanusiawikan cerita rakyat yang saya pernah dengar dan baca mengenai Arok dan Dedes selama ini. Gambaran yang diberikan penulis selalu jelas mengenai adegan per adegan. Perasaan dan perilaku Dedes yang angkuh, kalau menurut saya, akibat didikan kasta yang diberikan padanya sebagai seorang brahmani juga secara wajar digambarkan disana. Arok yang merupakan pemuda cerdas yang sekiranya  benar jalannya di karya ini menjadi tampuk para resi ternyata juga memiliki golongan-golongannya sendiri. Saya mengagumi pemnggambaran tokoh Umang yang survive dalam penantiannya akan abangnya Temu alias Arok dan tidak saya sangka-sangka, karena saya selama ini beranggapan kalau jadi istri raja itu nyaman dan terpelihara dan ternyata anggapan itu salah disini. Ia juga salah satu dari wanita dan anak-anak juga ikut berperang dalam perebutan tampuk kekuasaan karena alasan yang wajar dalam masa itu. Intrik-intrik dalam percaturan politik kerajaan tergambarkan dengan baik. Peran dari para perempuan juga ditampakkan. 

Kesempatan kali ini dipergunakan untuk membuat monolog dengan benda atau makhluk selain manusia. Saya memilih benda yaitu tisu sebagai rekan bicara, lebih tepatnya sebungkus tisu.




A (saya): Halo… Apa kabar?

T  (tisu) : (berbarengan)
   Halooo..!

A         : (kaget karena dijawab berbarengan)
              Wah, ramai ya. Kalian disitu ada berapa lembar?

T          : (salah satu dari tisu)
              Berapa ya..coba dihitung, 1,2,3,4,…26 lembar! Mau bicara sama yang mana?

A         : (bingung) Emm.., sama semua aja deh. Eh, asal kalian dari mana sih?Kok bisa tipis sama lembut     gitu…

T          : (serentak) Kasi tau gak yaaaa??

A         : Lho… malah nyewotin.. Kasih tau lah… kalian kan sering ada disekitarku sehari-hari…

T          : (salah satu menjawab dengan semangat) Kami keren banget loh! Jangan kaget kalau udah dikasih tau nanti, Ok??

A         :Ok, berusaha! (panteng mendengarkan)

T          : (lembar tisu yang menjadi pembicara pertama tadi) Kami menjadi seperti ini karena telah melalui proses yang panjang. Tempat kami diproduksi adalah pabrik kertas, sama dengan kertas yang lain. Disana kami melalui berbagai proses, peleburan, pembentukan kembali,pencetakan lalu pemotongan.
            : Kami diproses menggunakan mesin-mesin canggih! (timpal tisu yang lain)

            : Disana ada banyak sekali lembaran tisu lain yang dibuat, bukan hanya ribuan ratusan ribupun lebih! (timpal yang lain lagi)

            : Pabrik itu juga ramai sekali, semarak dengan suara-suara mesin dan kegiatan yang tengah dilakukan pada proses produksi sampai kami dipotong-potong dan dibungkus dan siap edar! (lagi-lagi timpalan selembar tisu yang lain lagi)

            : Dengan banyak jenis kendaraan pula kami diedarkan keseluruh  penjuru bumi! (sahut salah satu lembar tisu yang tak mau kalah bicara)

A         : Wooww! Pasti besar sekali pabriknya..

T          : (serentak) Tentu!
            :Tapi ada hal yang memurungkan kami…

A         : Apa itu?

T          : Asal kami pertama kali adalah dari sebatang pohon, yang satu demi satu ditebang hanya demi mendapatkan biang dari beberapa lembar tisu seperti kami…

            : Benar… Pergunakanlah kami dengan bijak apabila kamu masih ingin bumi ini hijau dan segar…

            : Kami sangat senang menjadi tisu karenan bisa berguna untuk banyak hal seperti menjadi lap atau serbet yang mudah diganti dan mudah didapatkan, namun asal kami membuat bayangan hitam pada kehidupan dan keselarasan bumi kedepannya…

A         : Ooh.. Betapa kalian berbesar hati mau berbagi kisah ini denganku. Tentu, aku berjanji akan mulai berhemat dalam memakai kalian. Adakah saran lagi untukku? Kalian hebat sekali, sudah melewati proses yang panjang hingga sampai didepan mataku ini, berpindah ketanganku…  Aku saja belum pernah naik kapal laut, hahaha…

T          : Ya, cobalah sesekali naik kapal, merasakan betapa menyenangkannya goyangan ombak yang mengantarmu diperjalanan..

            : Juga jangan lupakan pesan kami tadi dan cobalah mengganti kami dengan serbet kain, meskipun kami tahu kami lebih praktis sehingga kami masih menjadi pilihan yang lebih baik dibandingkan mereka.

A         : Baiklah, para tisu terimakasih sudah mau berbagi denganku, akan kuingat pesan dan kisah kalian ini..!