Wednesday, July 3, 2013

Secuil Cerita Kenangan Masa Lalu

Sebagai realisasi dari tugas akhir semester, kelas menulis kreatif yang saya ikuti memberi tugas untuk menulis sejarah tentang tempat tinggal para mahasiswa masing-masing.Saya memilih untuk mengisahkan cerita ini...

                            

Secuil Kisah di Masa Muda

Masa itu adalah masa yang sulit. Perekonomian negara yang masih lemah mencerminkan perekonomian rakyat yang saat itu juga sedang terguncang. Kelemahan itu masih juga ditambah dengan kemarau berkepanjangan. Produksi pangan menjadi kian menurun dan akhirnya menyebabkan kelangkaan pangan dan ketidak mampuan untuk membeli bahan pangan tersebut. Kemerdekaan yang telah terenggut oleh bangsa Indonesia ini pada tahun 1945 sudah lama berlalu, namun kondisi masih belum juga stabil. Keadaan yang berlarut-larut ini menyebabkan terjadinya bencana kelaparan dimana-mana dan yang paling banyak terjadi di pulau Jawa.
Disalah satu bagian kecil daerah yang masuk dalam provinsi Jawa Tengah yang mungkin kala itu juga mengalami kelangkaan bahan pangan namun cukup baik karena masih memiliki lahan yang luas untuk ditanami. Daerah itu bernama Desa Baturan, termasuk dalam daerah pemerintahan kecamatan Gantiwarno Kabupaten Klaten. Lahan yang luas memang harusnya menjanjikan hasil yang melimpah pula, namun tidak kala itu dengan banyaknya hama tikus yang menyerang hingga memperparah resiko kegagalan panen. Tanaman yang berhasil selamat dari hama tikus dan berhasil panen akan menjadi harta yang sangat berharga. Pencurianpun sering terjadi jika ada tekanan seperti masa itu, jangankan tanaman yang sudah panen, yang belumpun sudah siap untuk diambil jika ada kesempatan.
Ketika itu tahun 1961, pada masa liburan sekolah. Kebetulan saat itu sudah waktunya padi berbuah dan mulai menguning, juga banyak tanaman lain seperti jagung, ketela dan lain-lainnya. Tanaman harus sering mendapat penjagaan, baik dari hama maupun resiko pencurian apalagi sudah waktunya untuk panen. Areal sawah terletak diluar perkampungan. Penjagaan dilakukan secara berkelompok pada setiap bagian-bagian persawahan oleh para empu pemilik sawah beserta keluarganya.
Pada bangku lesehan yang terbuat dari bambu di pinggir jalan setapak kecil areal persawahan sebelah utara desa, duduklah lima orang pemuda yang sedang melakukan jaga malam. Mereka tak sendiri, hanya berbeda tempat jaga saja dengan yang lain. Suasana sepi, hanya terdengar suara jangkrik yang menemani. Malam makin larut. Bosan mengobrol dan kantuk yang melanda membuat mereka mulai terbawa kealam mimpi masing-masing. Jaga tetaplah jaga biarpun mengantuk, salah satu harus ada yang bangun untuk tetap mengawasi keadaan.
Hari sudah berganti, kokok ayam jantan mulai bersautan. Saat ini giliran jaga pemuda yang paling tua. Suasana seperti biasanya,tenang dan dinginnya angin pagi menyeruak membuat bulu kuduk merinding. Ditengah suasana itu tiba-tiba ada seorang yang tak dikenal muncul dan memukuli pemuda itu, sontak saja pergulatan terjadi. Orang tak dikenal itu kewalahan dan kemudian datanglah empat temannya membantu. Salah satu dari mereka membawa parang yang akhirnya ditebaskan pada pemuda malang itu. Nasib masih berpihak padanya, sabetan parang tak mengenai bagian yang fatal.
Babak belur bukan hanya milik pemuda yang tengah sial itu saja, teman jaganya yang saat itu ikut bangunpun teekena bogem mentah dari para pengeroyok. Badan dan usianya yang masih kecil membuatnya pasrah bahkan mempersilahkan tubuhnya dipukuli. Entah kemudian keberuntungan datang menghampiri atau hari yang sudah mulai fajar membuat para pengeroyok kemudia melarikan diri. Segera setelah kondisi terasa sudah aman, mereka kembali keperkampungan dan mendapatkan perawatan. Pemuda yang mendapat luka bacokan tadi dibawa kerumah sakit dan mendapat puluhan jahitan. Opname selama sepuluh hari harus dijalani demi kesembuhannya.
Selama pemuda itu dalam perawatan, penjagaan diperbanyak. Kelompok jaga yang lebih besarpun dibuat. Hari-hari menjelang panen adalah salah satu sebab lain selain kejadian yang baru saja terjadi kepada kelompok  jaga yang sedang apes itu. Sudah amankah?  Tentu saja belum. Pencurian bertambah namun karena penduduk sudah lebih waspada juga karena rumor-rumor yang beredar mengenai pencurian yang ada, semua dapat dipatahkan dengan sigap. Panen akhirnya dapat dilaksanakan tanpa berkurang hasil karena kecurian. Hal ini masih berlangsung sampai dengan tahun 1971 pada masa pemerintahan Presiden Suharto. Pada masa kepemimpinannya, perekonomian mulai stabil dan pertanian sudah lebih baik.



Cerita ini hanyalah sepenggal cerita dari banyak cerita mengenai kasus yang sama pada masa silit pangan bahkan setelah kemerdekaan Indonesia di berbagai daerah. Peristiwa ini diangkat karena  penting bagi saya. Skenario lain yang bisa terjadi dalam peristiwa ini mungkin dapat merubah hidup saya atau bahkan membuat saya tak lahir ke dunia ini. Pemuda-pemuda yang berjaga dan sedang naas nasibnya pada cerita diatas bernama Sumar, Rohadi, Siswo, Dasar dan Jumar. Sumar adalah pemuda yang mendapat bacokan dari pencuri tersebut, beliau adalah ayah saya. Jika pada saat itu beliau terkena ditempat yang fatal atau kemungkinan meninggal karenanya maka saya tidak akan menjadi putrinya dan ada seperti sekarang ini. Cerita ini adalah salah satu kenangan masa muda beliau yang tak terlupakan meskipun bekas lukanya sudah tertutup kumis tebal.

Narasumber :  Bp. Sumar Wijaya
                        Bp. Rohadi

Tuesday, July 2, 2013

tentang The Secret of Kells



Lagi-lagi kelas yang saya ikuti nonton film, dan animasi. Saya senang dengan animasi,hanya masalahnya dengan bahasa yang dipakai yaitu inggris. Jujur, bahasa Inggris saya jelek sekali, jadi saat menonton film menjadi sangat serius buat saya (menerjemahkannya,hahaaha). Yah, biarpun begitu sedikit-sedikit saya mengerti...
Film ini mengenai kepercayaan dan tantangannya dalam masa itu. The Book of Kells dalam animasi ini adalah  buku yang mengkisahkan kisah-kisah dari empat Injil Perjanjian Baru melalui gambar yang hidup.


Cerita dimulai dengan masa muda seorang anak Irlandia, Brendan yang percaya akan adanya keajaiban dari  the book of Aiden yang nanti setelah masa-masa sulit dan perantauan serta penantian yang panjang menjadi  the book of Kells. Ia anak yatim piatu yang tinggal dengan pamannya, Abbas Cellach, dan teman serta keluarganya. Cerita ini dimulai Brendan kecil di perkampungan mereka. Hari-hari mereka habiskan dengan pekerjaan melelahkan, membentengi dinding sekitar tempat itu dalam persiapan untuk menunggu serangan gerombolan Viking. 
Suatu hari, Bruder Aiden  tiba, dengan membawa buku yang karya hidupnya dan kucingnya Pangur Ban. Brendan pun terpikat dengan Aiden dan bukunya, dan mengambilkan tinta berharga yang hanya dapat berasal dari buah yang dikumpulkan dari hutan di luar tembok. Saat mengambil tinta itu ia bertemu dengan peri pelindung hutan Aisling yang kemudian menjadi temannya.

Film yang bagus menurut saya. ,membuat kita jadi mengikutinya sampai akhir karena pengemasannya yang cukup jenaka dan sederhana, dan menyadarkan saya lagi bahwa sudah  kodrat anak kecil adalah rasa ingin tahunya yang tinggi/ Hal itu ditunjukkan oleh Brendan dalam film ini.

Thursday, April 25, 2013

penyelesaian tugas MID




Hari ini akhirnya kelompok yang kuikuti,kelompok 1, sudah mementaskan sebuah drama pendek  yang diambil dari buku Bumi Manusia yang ditulis Pramoedya. Persiapan yang singkat dari penulisan naskah sampai pentas dilakukan selama 4 hari. Plong rasanya, satu pekerjaan telah selesai. Awalnya kami sempat bingung ingin mengangkat drama yang seperti apa, namun akhirnya pilihan jatuh pada kisah Minke dan Annelies Mellema.  Dalam drama ini, dikisahkan pertemuan,pernikahan dan kepergian Annelies dengan Minke. Latihan sudah dilakukan berulang kali,tapi tetap saja,saat pentas kami masih membaca naskah(hoho). Kostum seadanya kami persiapkan demi melengkapi kesempurnaan lakon ini. Backsound juga dipersiapkan agar adegan lebih dramatis namun, karena akhirnya drama dilakonkan di panggung terbuka, jadi kurang terdengar dan jadi tidak mengena. Secara pribadi mengenai pendalaman tokoh yang saya perankan, yaitu Nyai Onosoroh, kecewa juga saya tidak bisa memerankannya dengan baik. Demam panggung mungkin, kurang pendalaman karakter juga. (monggo dikoreksi.. *kode)

Tuesday, April 9, 2013

REVIEW FILM ANIMASI 
PERSEPOLIS

Animasi ini menceritakan manusiawinya orang-orang yang tinggal di negara 'hangat-hangat panas' seperti Iran karena ancaman perang dengan berbagai senjata berat bisa terjadi kapan saja. Cerita yang berdasarkan keseharian seorang perempuan Iran sedari masa kecilnya. Keseharian seorang anak yang beranjak menuju dewasa. Pribadinya sama dengan anak-anak lain dilain negara bahkan Indonesia yang mendambakan kebebasamn berekspresi dan berkembang lepas dari banyak kekangan. Kisahnya kemungkinan sama dengan orang Indonesia apabila berada diluar negeri. dihadapan banyak orang yang mayoritas muslim dan mengedepankan atas nama norma susila. Perpolitikan yang dimunculkan juga mirip dengan yang terjadi di negeri ini. Demo selalu mewarnai sorak sorai meminta turunnya sebuah rezim dan tak liupa sampingan-sampingannya seperti kekerasan dan penahanan terjadi dimana-mana. Masa kecil perempuan itu juga mirip dengan masa pemerintahan Pres. Soeharto. 
REVIEW AROK DEDES KARYA PRAMOEDYA


       Awal saya bacabanyak kesulitan yang saya temukan dengan banyaknya istilah yang baru saya ketahui terdapat di buku ini meskipun, ada daftar istilah dibelakang buku. Isi dari karya Pram ini memanusiawikan cerita rakyat yang saya pernah dengar dan baca mengenai Arok dan Dedes selama ini. Gambaran yang diberikan penulis selalu jelas mengenai adegan per adegan. Perasaan dan perilaku Dedes yang angkuh, kalau menurut saya, akibat didikan kasta yang diberikan padanya sebagai seorang brahmani juga secara wajar digambarkan disana. Arok yang merupakan pemuda cerdas yang sekiranya  benar jalannya di karya ini menjadi tampuk para resi ternyata juga memiliki golongan-golongannya sendiri. Saya mengagumi pemnggambaran tokoh Umang yang survive dalam penantiannya akan abangnya Temu alias Arok dan tidak saya sangka-sangka, karena saya selama ini beranggapan kalau jadi istri raja itu nyaman dan terpelihara dan ternyata anggapan itu salah disini. Ia juga salah satu dari wanita dan anak-anak juga ikut berperang dalam perebutan tampuk kekuasaan karena alasan yang wajar dalam masa itu. Intrik-intrik dalam percaturan politik kerajaan tergambarkan dengan baik. Peran dari para perempuan juga ditampakkan. 

Kesempatan kali ini dipergunakan untuk membuat monolog dengan benda atau makhluk selain manusia. Saya memilih benda yaitu tisu sebagai rekan bicara, lebih tepatnya sebungkus tisu.




A (saya): Halo… Apa kabar?

T  (tisu) : (berbarengan)
   Halooo..!

A         : (kaget karena dijawab berbarengan)
              Wah, ramai ya. Kalian disitu ada berapa lembar?

T          : (salah satu dari tisu)
              Berapa ya..coba dihitung, 1,2,3,4,…26 lembar! Mau bicara sama yang mana?

A         : (bingung) Emm.., sama semua aja deh. Eh, asal kalian dari mana sih?Kok bisa tipis sama lembut     gitu…

T          : (serentak) Kasi tau gak yaaaa??

A         : Lho… malah nyewotin.. Kasih tau lah… kalian kan sering ada disekitarku sehari-hari…

T          : (salah satu menjawab dengan semangat) Kami keren banget loh! Jangan kaget kalau udah dikasih tau nanti, Ok??

A         :Ok, berusaha! (panteng mendengarkan)

T          : (lembar tisu yang menjadi pembicara pertama tadi) Kami menjadi seperti ini karena telah melalui proses yang panjang. Tempat kami diproduksi adalah pabrik kertas, sama dengan kertas yang lain. Disana kami melalui berbagai proses, peleburan, pembentukan kembali,pencetakan lalu pemotongan.
            : Kami diproses menggunakan mesin-mesin canggih! (timpal tisu yang lain)

            : Disana ada banyak sekali lembaran tisu lain yang dibuat, bukan hanya ribuan ratusan ribupun lebih! (timpal yang lain lagi)

            : Pabrik itu juga ramai sekali, semarak dengan suara-suara mesin dan kegiatan yang tengah dilakukan pada proses produksi sampai kami dipotong-potong dan dibungkus dan siap edar! (lagi-lagi timpalan selembar tisu yang lain lagi)

            : Dengan banyak jenis kendaraan pula kami diedarkan keseluruh  penjuru bumi! (sahut salah satu lembar tisu yang tak mau kalah bicara)

A         : Wooww! Pasti besar sekali pabriknya..

T          : (serentak) Tentu!
            :Tapi ada hal yang memurungkan kami…

A         : Apa itu?

T          : Asal kami pertama kali adalah dari sebatang pohon, yang satu demi satu ditebang hanya demi mendapatkan biang dari beberapa lembar tisu seperti kami…

            : Benar… Pergunakanlah kami dengan bijak apabila kamu masih ingin bumi ini hijau dan segar…

            : Kami sangat senang menjadi tisu karenan bisa berguna untuk banyak hal seperti menjadi lap atau serbet yang mudah diganti dan mudah didapatkan, namun asal kami membuat bayangan hitam pada kehidupan dan keselarasan bumi kedepannya…

A         : Ooh.. Betapa kalian berbesar hati mau berbagi kisah ini denganku. Tentu, aku berjanji akan mulai berhemat dalam memakai kalian. Adakah saran lagi untukku? Kalian hebat sekali, sudah melewati proses yang panjang hingga sampai didepan mataku ini, berpindah ketanganku…  Aku saja belum pernah naik kapal laut, hahaha…

T          : Ya, cobalah sesekali naik kapal, merasakan betapa menyenangkannya goyangan ombak yang mengantarmu diperjalanan..

            : Juga jangan lupakan pesan kami tadi dan cobalah mengganti kami dengan serbet kain, meskipun kami tahu kami lebih praktis sehingga kami masih menjadi pilihan yang lebih baik dibandingkan mereka.

A         : Baiklah, para tisu terimakasih sudah mau berbagi denganku, akan kuingat pesan dan kisah kalian ini..! 

Tuesday, March 19, 2013

SOSOK YANG INGIN KUKENAL LEBIH DALAM


Ini foto tahun 2009 lalu..

Wajah yang menyiratkan betapa keras ia hidup selama hampir 59 tahun ini.
Dahulu PNS di DISNAKERTRANS adalah pekerjaannya.
Semenjak pensiun, makin jarang ia bersolek merawat diri.
Rambut yang mulai beruban tak bisa menunggu untuk hadir menghiasi mahkota kepalanya.
Waktu yang telah dilaluinya tergurat dalam wajahnya yang berwarna coklat sawo itu.
Kerut-kerut di wajah yang menggambarkan betapa seringnya ia berfikir.
Kekerasan hatinya juga terpancar dari matanya.
Rasa tak tentrampun terpancar darinya.
Daster batik yang dikenakannya memperlihatkan sedang 'omah' mode ON saat difoto :)
Beliau adalah Ibu saya.
Orang yang telah melahirkan saya,namun bukannya tak sulit jika bicara berhadapan dengannya apalagi jika membicarakan hal yang prinsip dan menyangkut kesejahteraan hidup (harta).